Kamis, 27 Agustus 2015


Obesitas Pada Remaja

Dewasa ini banyak sekali kita temukan orang-orang dengan berat badan yang berlebihan sehingga kelihatan tidak proporsional dengan tinggi badan mereka.Saat ini di masyarakat, banyak orang yang kurang peduli dengan masalah berat badan, padahal berat badan berlebih bisa mengakibatkan banyak hal yang justru merugikan diri mereka sendiri, termasuk dalam hal kesehatan.
Masalah berat badan ini juga sangat mungkin diderita oleh remaja! Salah satu masalah berat badan adalah obesitas.Obesitas bisa terjadi karena berat badan yang tidak seimbang dengan tinggi badan.Tetapi sebelumnya harus diketahui bahwa tidak semua ketidakseimbangan tersebut langsung kita vonis sebagai obesitas. Oleh karena itu, mari kita kenal lebih jauh apa yang dimaksud dengan obesitas, terutama pada remaja

Pengertian Obesitas
Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda. Kata obesitas yang berasal dari bahasa latin mempunyai arti makan berlebihan. Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non lemak, misalnya pada seseorang atlit binaragawan kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh hipertrofi otot.

Tanda dan Gejala Obesitas
Secara klinis obesitas dengan mudah dikenali karena memiliki tanda dan gejala yang khas, antara lain wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relative pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit serta dinding perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang akibatnya dapat menyebabkan laserasi dan ulserasi yang menimbulkan bau kurang sedap. Pada anak lelaki, penis tampak kecil Karena tersembunyi dalam jaringan lemak suprapubik (buried penis), hal yang seringkali menyebabkan orang tua menjadi sangat khawatir dan segera membawanya ke dokter.
 
Perkembangan Obesitas
Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Persentase remaja berusia 12-19 tahun yang obese meningkat dari 5% menjadi 21%.Pada tahun 2012 hampir sepertiga remaja mengalami obesitas. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di China adalah 3,6% dan 3,4%, dan di Ingris adalah 22-31% dan 10-17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%.
            Di Indonesia, prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan.Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk perempuan.Prevalensi obesitas tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%.
            Di DKI Jakarta prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur 6-12 tahunditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2% dan pada 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%) disbanding lelaki (3,1%).Pada penelitian Mulyadi 1998, prevalensi obesitas anak di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%. Penelitian lain manunjukkan angka sebesar 27,5%. Data penelitian multisenter tahun 2004 yang dilakukan di 10 kota yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, didapatkan angka sebesar 12%.

Faktor yang Dapat Memengaruhi Terjadinya Obesitas
Faktor-faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya obesitas adalah sebagai berikut:
·         Pola makan. Banyaknya asupan kalori, gula dan lemak yang dimakan oleh remaja seperti makanan siap saji dan gula-gula menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada kenaikan berat badan.
·         Kurangnya olah raga. Kenaikan berat badan juga dipicu dengan kurangnya olah raga karena tidak ada aktivitas yang membakar lemak.
·         Riwayat keluarga. Jika remaja tersebut lahir dari keluarga yang memiliki masalah kelebihan berat badan, kebanyakan remaja tersebut juga memiliki masalah yang sama. Hal ini diperberat dengan ketersediaan makanan kalori tinggi dan aktivitas fisik yang kurang yang biasanya adalah contoh dari keseharian keluarga.
·         Faktor psikologis. Remaja dengan stres tinggi atau masalah yang berkaitan dengan emosi cenderung mendorong mereka untuk makan lebih banyak.
·         Faktor keluarga. Kebiasaan dalam keluarga yang cenderung mengkonsumsi makanan kalori tinggi dan banyak gula cenderung memiliki anak dengan masalah berat badan.

Metode Pengukuran Obesitas Pada Anak
Berdasarkan antropometri umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan tiga metode pengukuran sebagai berikut:
1.      Mengukur berat badan dan hasilnya dibandingkan dengan berat badan ideal sesuai tinggi badan (BB/TB). Obesitas pada anak didefinisikan sebagai berat badan menurut tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% dibandingkan berat badan ideal. Sedangkan berat badan lebih besar daripada 140% berat badan ideal didefinisikan sebagi superobesitas. Cara ini lebih mencerminkan proporsi atau penampilan tetapi tidak mencerminkan massa lemak tubuh.
2.      World Health Organization (WHO) pada tahun 1977,  The National Institutes of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on clinical Guidelines for overweight in adolescent Preventives Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja diatas 2 tahun. Pengukuran IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2 )> Interpretasi IMT tergantung pada umur adan jenis kelamin anak. Nilai batas IMT untuk kelebihan berat badan pada anak dan remaja adalah persentil ke- 85 dan ke- 95. Nilai IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 merupakan nilai patokan obesitas pada anak dan remaja. Klasifikasi IMT terhadap umur adalah < persentil 5 adalah berat badan kurang, ≥ persentil ke 85 adalah overweight dan ≥ persentil ke-95 adalah gemuk atau obesitas.
3.      Pengukuran langsung lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK). Terdapat empat macam cara pengukuran TLK yang ideal untuk mendapatkan proporsi lemak tubuh yaitu Y}TLK biseps, triseps, subscapular dan suprailiaka. Namun dikatakan bila TLk triseps di atas persentil ke 85 merupakan indicator adanya obesitas.

Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Obesitas pada masa anak-anak mempunyai efek jangka pendek dan efek jangka panjang.
·         Efek jangka pendek yaitu pada remaja obese memiliki risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol atau tekanan darah tinggi. Remaja obese lebih mungkin memiliki kondisi prediabetes. Selain itu mempunyai risiko masalah pada tulang dan persendian, sleep apnea, masalah-masalah psikososial.
·         Efek jangka panjang yaitu remaja obese memiliki kecenderungan obes pada masa dewasa dan memiliki risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, osteoarthritis.

Diet Pada Remaja
Mengingat anak masih tumbuh dan berkembang  maka prinsip pengaturan diet pada anak gemuk adalah diet seimbang sesuai dengan RDA. Cara yang dilakukan adalah dengan intervensi diet.Pada anak sulit melakukan hal ini, karena anak tidak mau mengerti mengapa makanannya harus dikurangi atau dibatasi.Pengaturan makan yang baik diperlukan untuk mengurangi kendala tersebut dan peran seorang ahli gizi sangat penting.

Secara garis besar prinsi pengaturan diet adalah:
Ø  Menghindari obesitas dan mempertahankan berat badan dan
pertumbuhan normal.
Ø  Masukan makanan dengan karbohidrat rendah (48% energy
total)
Ø  Menurunkan masukan lemak dengan lemak tak jenuh,
kolesterol tidak lebih dari 300 mg/hari.
Ø  Meningkatkan makanan tinggi serat
Ø  Makanan dengan kandungan garam cukup 5 gram/hari.
Ø  Meningkatkan masukan besi, kalsium dan fluor.

Pengaturan aktivitas fisik dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian.Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penggunaan energy.Dikatakan juga bahwa peningkatan aktivitas fisik pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobic yang teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energy akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan hanya diet saja.

Pengubahan perilaku atau modifikasi perilaku dengan melakukan:
Ø  Pengawasan diri terhadap berat badan, masukan makanan dan aktivitas fisik serta mencatat perkembangannya
Ø  Kontrol terhadap rangsangan dan stimulus
Ø  Mengubah perilaku makan, belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi
Ø  Orang tua dianjurkan memberikan dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anak.
Ø  Pengendalian diri misalnya dengan memilih makanan yang berkalori rendah apabila menghadapi bepergian atau pertemuan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar