Senin, 10 Agustus 2015


IMUNISASI PADA REMAJA



Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa. Definisi remaja menurut Kementerian Kesehatan RI adalah semua laki-laki dan perempuan yang berumur 10-19 tahun dan belum menikah. Usia sekolah dan remaja merupakan kurun waktu dimana dapat terjadi paparan lingkungan yang luas dan beraneka ragam. Pada usia remaja, anak akan memiliki banyak kegiatan yang membuatnya rentan terhadap penyakit.

Manfaat Imunisasi Pada Remaja
Imunisasi pada remaja merupakan hal yang penting dalam upaya pemeliharaan kekebalan tubuh terhadap berbagai macam penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun parasit dalam kehidupan menuju dewasa. Imunisasi pada remaja ini diperlukan mengingat imunitas yang mereka peroleh sebelumnya dari pemberian imunisasi lengkap sewaktu masa bayi dan anak-anak tidak dapat bertahan seumur hidup (misalnya imunitas terhadap pertussis hanya bertahan selama 5-10 tahun setelah pemberian dosis imunisasi terakhir). Selain itu, banyak morbiditas penyakit serius yang dapat terjadi pada usia remaja.
Imunisasi merupakan salah satu tindakan yang secara aktif untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Sudah memberikan imunisasi secara lengkap saat bayi dan balita, bukan berarti saat remaja anak tidak membutuhkan imunisasi. Sebab imunisasi pada remaja diperlukan karena kekebalan yang diperoleh sebelumnya, tidak semuanya dapat bertahan seumur hidup (misalnya kekebalan terhadap penyakit                               Pertusis hanya bertahan sekitar 5-10 tahun setelah dosis imunisasi terakhir).

Imunisasi Pada Remaja
Imunisasi pada remaja umumnya berupa imunisasi ulang atau booster dari hamper semua imunisasi dasar pada umur lebih dini. Di Indonesia sendiri Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan jadwal imunisasi tahun 2014 yang direkomendasian di Indonesia. Dari jadwal imunisasi 2014 antara lain :
1.      Imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT)
Untuk anak umur lebih dari 7 tahun, imunisasi DPT ini diberikan sebagai dalam bentuk imunisasi Td dan di-booster setiap 10 tahun. IDAI merekomendasikan pemberian imunisasi Td ke 6 pada umur 10-12 tahun dan Td ke 7 pada umur 18 tahun. Vaksin mengandung toksoid difteri sebanyak 2 Lf dan toksoid tetanus sebanyak 7,5 Lf dalam setiap 0,5 ml vaksin. Imunisasi Td memberikan kekebalan lanjutan terhadap tetanus dan difteria, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit difteria dan tetanus pada remaja. IDAI merekomendasikan 2x pe mberian pada masa remaja, yakni 1x pada umur 10-12 tahun dan 1x pada umur 18 tahun. Suntikan imunisasi diberikan dengan dosis 0,5 ml di otot lengan bahu. Walau jarang, ada beberapa efek samping yang mungkin muncul antara lain nyeri di tempat suntikan, kemerahan, bengkak, dan demam.
2.      Imunisasi Influensa
IDAI menyarankan pemberian imunisasi influenza ulang setiap tahunnya (1x/tahun). Terdapat dua jenis vaksin influenza, yakni IIV (Inactivated Influenza Vaccine) yang diberikan secara suntikan dan LAIV (Live, Attenuated Influenza Vaccine) yang berupa spray hidung. Imunisasi pertama kalinya diberikan 2x, selanjutnya dilakukan 1x setiap tahunnya sejak umur 6 bulan sampai umur 18 tahun pada semua individu tanpa memandang ada tidaknya faktor risiko. Vaksin diberikan melalui suntikan dengan dosis 0,5 ml untuk anak diatas 3 tahun atau 0,25 ml untuk bayi dibawah 3 tahun secara IM di M.Deltoideus. Efek samping yang mungkin berupa nyeri, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam dan nyeri otot, walaupun hal ini sangat jarang terjadi.
3.      Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi Hepatitis A dapat diberikan sejak umur 2 tahun sampai umur 18 tahun, sebanyak 2x pemberian dengan interval 6-12 bulan. Lama proteksi antibodi terhadap virus Hepatitis A diperkirakan menetap selama lebih dari 20 tahun.
Proteksi jangka panjang dapat terjadi akibat antibodi protektif yang menetap atau akibat infeksi alamiah. Imunisasi diberikan melalui suntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM. Efek samping yang mungkin muncul antara lain nyeri, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan
4.      Imunisasi Varisela
IDAI merekomendasikan pemberian imunisasi Varisela sebanyak 1x saja.Pemberian dapat dilakukakan setelah umur 12 bulan dan terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar.Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Vaksin mengandung virus Varisela yang dilemahkan (live-attenuated) sehingga harus diberikan dalam kondisi sehat.Serokonversi didapati pada 97% individu yang divaksinasi.Untuk remaja diberikan 2 dosis vaksin jika belum pernah diimunisasi sebelumnya dengan interval 4 minggu. Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml dibawah kulit. Efek samping yang mungkin muncul antara lain kemerahan, demam, nyeri dan pegal di tempat suntikan
5.      Imunisasi HPV
Imunisasi HPV dapat diberikan pada laki-laki dan perempuan mulai umur 10 tahun untuk mencegah penyakit terkait infeksi HPV. Vaksin HPV berisi protein rekombinan.Imunisasi HPV mempunyai efikasi 96-100% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16/18.1 Terdapat dua jenis vaksin HPV yakni yang bivalen (diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan) dan tetravalent (diberikan tiga kali dengan interval 0, 2, 6 bulan). Vaksin bivalen hanya dapat diberikan pada perempuan, sedangkan vaksin tetravalent dapat diberikan pada perempuan maupun laki-laki. Imunisasi diberikan dengan dosis 0,5 ml diotot lengan bahu atas. Efek samping yang mungkin muncul antara lain pegal, urtikari, nyeri di tempat suntikan, kemerahan dan bengkak. Merk-merk yang ada di Indonesiaantara lain Cervarix® yang merupakan vaksin bivalen (tipe 16 dan 18) dan Gardasil® yang merupakan vaksin tetravalent (tipe 6, 11, 16 dan 18)

Kanker Serviks dapat Disebabkan dari Infeksi Virus HPV
Salah satu kesejahteraan perempuan yang harus disoroti adalah ketika perempuan menapaki usia produktif dimana ditandai dengan terjadinya menstruasi, hal tersebut perlu diperhatikan baik dalam segi sosial maupun dalam segi kesehatan khususnya kesehatan reproduksi. Menstruasi merupakan titik awal dimana permasalahan kesehatan reproduksi muncul, antara lain keputihan, bau tidak sedap pada vagina, hingga waktu menstruasi yang
tidak teratur.
Keputihan merupakan keluarnya cairan dari vagina selain darah haid, cairan tersebut bisa menjadi cairan yang normal dan tidak normal. Cairan lendir yang tidak norrnal tersebut merupakan salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker) serta adanya benda asing. Dalam hal keganasan tersebut, keputihan merupakan salah satu gejala awal dari kanker serviks.
Kanker serviks (kanker leher rahim) merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim) yang menempel pada puncak vagina. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, di Negara berkembang saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas diantara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia yang menyerang usia produktif.
Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi virus HPV dapat menyerang siapa saja, mulai dari perempuan  berusia 20 tahun sampai perempuan yang tidak lagi dalam usia produktif.
Angka kejadian kanker leher rahim menduduki urutan ke-2 diantara kanker pada perempuan setelah kanker payudara. Setiap tahun diperkirakan ada 500.000 perempuan ditemukan menderita kanker leher rahim dan 50% akan meninggal. Di tingkat dunia diperkirakan setiap dua menit ada seorang perempuan meninggal. Di Indonesia berdasar data patologi kanker leher rahim menempati urutan pertama dari  kanker-kanker yang terdapat baik pada perempuan, maupun gabungan perempuan dan laki-laki. Diperkirakan setiap jam atau dua jam ada seorang perempuan meninggal akibat kanker. Diperkirakan di Jakarta satu orang perempuan meninggal akibat kanker serviks setiap satu atau dua hari.

Faktor Resiko
·         Infeksi HPV berkaitan dengan 95% dari terjadinya kanker serviks
·         Perempuan yang merokok mempunyai resiko dua kali lebih tinggi untuk menderita kanker serviks dari pada perempuan yang tidak merokok
·         Perempuan dengan mitra seksual multiple
·         Tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks lebih tinggi untuk menderita kanker serviks daripada tingkat sosial ekonomi menengah atau tinggi

Mencegah Munculnya Kanker Serviks
Selain pap smear, langkah mencegah munculnya k anker serviks pada para wanita adalah dengan vaksinasi. Kini upaya untuk memerangi permasalahan kanker serviks semakin terbantu dengan hadirnya vaksin Human Papiloma Virus (HPV) yang dikenalkan ketengah masyarakat.
Perjalanan penyakit infeksi HPV hingga timbulnya kanker serviks invasive memerlukan waktu yang sangat panjang, dapat berlangsung 3 sampai 17 tahun kemudian, dan keadaan ini sebenarnya memberi tantangan untuk melakukan deteksi dini dengan berbagai metode yang telah dikenal populer.
Vaksin ini bersifat pencegahan, bukan untuk pengobatan. Bila semua wanita dapat divaksinasi, maka ada potensi bahwa jumlah kematian akibat kanker serviks diseluruh dunia dapat turun sebanyak dua pertiganya. Karena vaksin dapat mencegah kanker serviks, maka vaksinasi dapat mengurangi biaya untuk kesehatan, biposi, dan tindakan jika seseorang terkena kanker serviks. Jadi pada dasarnya vaksin HPV ini bermanfaat. Vaksin HPV terbukti efektif hanya jika diberikan pada orang yang belum pernah terkena infeksi HPV, karena itu dianjurkan pada saat seseorang belum aktif secara seksual.
Selain itu, pada saat vaksinisasi juga dilakukan skrining dan papsmeer yang merupakan prosedur normal saat pemberian vaksinisasi. Sehingga bisa mendeteksi atau mengetahui keadaan dan kelainan-kelainan yang mungkin ada pada tubuh sejak dini. Ini juga merupakan salah satu keuntungan yang bisa menjadi alasan kenapa harus melakukan vaksin HPV.

Penulis : dr.Fara Vitantri DC , SpOG (K)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar