IMUNISASI PADA REMAJA
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa.
Definisi remaja menurut Kementerian Kesehatan RI adalah semua laki-laki dan perempuan
yang berumur 10-19 tahun dan belum menikah. Usia sekolah dan remaja merupakan kurun
waktu dimana dapat terjadi paparan lingkungan yang luas dan beraneka ragam. Pada
usia remaja, anak akan memiliki banyak kegiatan yang membuatnya rentan terhadap
penyakit.
Manfaat
Imunisasi Pada Remaja
Imunisasi
pada remaja merupakan hal yang penting dalam upaya pemeliharaan kekebalan tubuh
terhadap berbagai macam penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus
maupun parasit dalam kehidupan menuju dewasa. Imunisasi pada remaja ini diperlukan
mengingat imunitas yang mereka peroleh sebelumnya dari pemberian imunisasi lengkap
sewaktu masa bayi dan anak-anak tidak dapat bertahan seumur hidup (misalnya imunitas
terhadap pertussis hanya bertahan selama 5-10 tahun setelah pemberian dosis imunisasi
terakhir). Selain itu, banyak morbiditas penyakit serius yang dapat terjadi pada
usia remaja.
Imunisasi merupakan salah satu tindakan yang
secara aktif untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Sudah memberikan
imunisasi secara lengkap saat bayi dan balita, bukan berarti saat remaja anak tidak
membutuhkan imunisasi. Sebab imunisasi pada remaja diperlukan karena kekebalan
yang diperoleh sebelumnya, tidak semuanya dapat bertahan seumur hidup (misalnya
kekebalan terhadap penyakit Pertusis hanya bertahan sekitar 5-10 tahun setelah dosis
imunisasi terakhir).
Imunisasi Pada Remaja
Imunisasi pada remaja umumnya berupa imunisasi ulang atau
booster dari hamper semua imunisasi dasar pada umur lebih dini. Di Indonesia
sendiri Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan jadwal imunisasi tahun
2014 yang direkomendasian di Indonesia. Dari jadwal imunisasi 2014 antara lain
:
1. Imunisasi
Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT)
Untuk
anak umur lebih dari 7 tahun, imunisasi DPT ini diberikan sebagai dalam bentuk
imunisasi Td dan di-booster setiap 10 tahun. IDAI merekomendasikan
pemberian imunisasi Td ke 6 pada umur 10-12 tahun dan Td ke 7 pada umur 18
tahun. Vaksin mengandung toksoid difteri
sebanyak 2 Lf dan toksoid tetanus sebanyak 7,5 Lf dalam setiap 0,5 ml vaksin. Imunisasi Td memberikan kekebalan
lanjutan terhadap tetanus dan difteria, serta menurunkan morbiditas dan
mortalitas penyakit difteria dan tetanus pada remaja. IDAI merekomendasikan 2x pe mberian
pada masa remaja, yakni 1x pada umur 10-12 tahun dan 1x pada umur 18 tahun.
Suntikan imunisasi diberikan dengan dosis 0,5 ml di otot lengan bahu. Walau
jarang, ada beberapa efek samping yang mungkin muncul antara lain nyeri di
tempat suntikan, kemerahan, bengkak, dan demam.
2. Imunisasi
Influensa
IDAI
menyarankan pemberian imunisasi influenza ulang setiap tahunnya (1x/tahun). Terdapat dua jenis vaksin influenza,
yakni IIV (Inactivated
Influenza Vaccine)
yang diberikan secara suntikan dan LAIV (Live, Attenuated Influenza Vaccine) yang berupa spray hidung. Imunisasi pertama kalinya diberikan 2x,
selanjutnya dilakukan 1x setiap tahunnya sejak umur 6 bulan sampai umur 18
tahun pada semua individu tanpa memandang ada tidaknya faktor risiko. Vaksin
diberikan melalui suntikan dengan dosis 0,5 ml untuk anak diatas 3 tahun atau
0,25 ml untuk bayi dibawah 3 tahun secara IM di M.Deltoideus. Efek samping yang mungkin berupa nyeri,
kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam dan nyeri otot, walaupun hal
ini sangat jarang terjadi.
Imunisasi
Hepatitis A dapat diberikan sejak umur 2 tahun sampai umur 18 tahun, sebanyak
2x pemberian dengan interval 6-12 bulan. Lama proteksi antibodi terhadap virus
Hepatitis A diperkirakan menetap selama lebih dari 20 tahun.
Proteksi jangka panjang dapat terjadi
akibat antibodi protektif yang menetap atau akibat infeksi alamiah. Imunisasi diberikan melalui suntikan
dengan dosis 0,5 ml secara IM. Efek samping yang mungkin muncul antara
lain nyeri, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan
4. Imunisasi
Varisela
IDAI
merekomendasikan pemberian imunisasi Varisela sebanyak 1x saja.Pemberian dapat
dilakukakan setelah umur 12 bulan dan terbaik pada umur sebelum masuk sekolah
dasar.Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, diperlukan 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu. Vaksin mengandung virus Varisela yang
dilemahkan (live-attenuated) sehingga harus diberikan dalam kondisi
sehat.Serokonversi didapati pada 97% individu yang divaksinasi.Untuk remaja
diberikan 2 dosis vaksin jika belum pernah diimunisasi sebelumnya dengan
interval 4 minggu. Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml
dibawah kulit. Efek samping yang mungkin muncul antara lain kemerahan, demam,
nyeri dan pegal di tempat suntikan
5. Imunisasi
HPV
Imunisasi
HPV dapat diberikan pada laki-laki dan perempuan mulai umur 10 tahun untuk
mencegah penyakit terkait infeksi HPV. Vaksin HPV berisi protein
rekombinan.Imunisasi HPV mempunyai efikasi 96-100% untuk mencegah kanker leher
rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16/18.1 Terdapat dua jenis vaksin HPV yakni yang
bivalen (diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan) dan tetravalent
(diberikan tiga kali dengan interval 0, 2, 6 bulan). Vaksin bivalen hanya dapat diberikan
pada perempuan, sedangkan vaksin tetravalent dapat diberikan pada perempuan
maupun laki-laki. Imunisasi diberikan dengan dosis 0,5 ml
diotot lengan bahu atas. Efek samping yang mungkin muncul antara lain pegal, urtikari, nyeri di tempat suntikan, kemerahan dan bengkak. Merk-merk yang ada di Indonesiaantara
lain Cervarix® yang merupakan vaksin bivalen (tipe 16
dan 18) dan Gardasil® yang merupakan vaksin tetravalent (tipe
6, 11, 16 dan 18)
Kanker
Serviks dapat Disebabkan dari Infeksi Virus HPV
Salah satu kesejahteraan perempuan yang harus disoroti adalah ketika perempuan
menapaki usia produktif dimana ditandai dengan terjadinya menstruasi, hal tersebut
perlu diperhatikan baik dalam segi sosial maupun dalam segi kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi. Menstruasi merupakan titik awal dimana permasalahan kesehatan
reproduksi muncul, antara lain keputihan, bau tidak sedap pada vagina, hingga waktu
menstruasi yang
tidak teratur.
Keputihan merupakan keluarnya cairan dari vagina selain darah haid,
cairan tersebut bisa menjadi cairan yang normal dan tidak normal. Cairan lendir
yang tidak norrnal tersebut merupakan salah satu tanda atau gejala adanya kelainan
pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher
rahim, keganasan (tumor dan kanker) serta adanya benda asing. Dalam hal keganasan
tersebut, keputihan merupakan salah satu gejala awal dari kanker serviks.
Kanker serviks (kanker leher
rahim) merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks (bagian
terendah dari rahim) yang menempel pada puncak vagina. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan, di Negara berkembang saat ini penyakit kanker serviks menempati
peringkat teratas diantara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada
perempuan di dunia yang menyerang usia produktif.
Penyebab utama kanker leher rahim adalah
infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi virus HPV dapat menyerang siapa saja,
mulai dari perempuan berusia 20 tahun sampai
perempuan yang tidak lagi dalam usia produktif.
Angka kejadian kanker
leher rahim menduduki urutan ke-2 diantara kanker pada perempuan setelah kanker
payudara. Setiap tahun diperkirakan ada 500.000 perempuan ditemukan menderita kanker
leher rahim dan 50% akan meninggal. Di tingkat dunia diperkirakan setiap dua menit
ada seorang perempuan meninggal. Di Indonesia berdasar data patologi kanker leher
rahim menempati urutan pertama dari kanker-kanker
yang terdapat baik pada perempuan, maupun gabungan perempuan dan laki-laki. Diperkirakan
setiap jam atau dua jam ada seorang perempuan meninggal akibat kanker.
Diperkirakan di Jakarta satu orang perempuan meninggal akibat kanker serviks setiap
satu atau dua hari.
Faktor Resiko
·
Infeksi HPV berkaitan dengan 95% dari terjadinya
kanker serviks
·
Perempuan yang merokok mempunyai resiko dua
kali lebih tinggi untuk menderita kanker serviks dari pada perempuan yang tidak
merokok
·
Perempuan dengan mitra seksual multiple
·
Tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai
resiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks lebih tinggi untuk menderita
kanker serviks daripada tingkat sosial ekonomi menengah atau tinggi
Mencegah
Munculnya Kanker Serviks
Selain pap smear,
langkah mencegah munculnya k anker serviks pada para wanita adalah dengan vaksinasi.
Kini upaya untuk memerangi permasalahan kanker serviks semakin terbantu dengan hadirnya
vaksin Human Papiloma Virus (HPV) yang dikenalkan ketengah masyarakat.
Perjalanan
penyakit infeksi HPV hingga timbulnya kanker serviks invasive memerlukan waktu
yang sangat panjang, dapat berlangsung 3 sampai 17 tahun kemudian, dan keadaan ini
sebenarnya memberi tantangan untuk melakukan deteksi dini dengan berbagai metode
yang telah dikenal populer.
Vaksin ini bersifat pencegahan, bukan untuk pengobatan. Bila semua wanita
dapat divaksinasi, maka ada potensi bahwa jumlah kematian akibat kanker serviks
diseluruh dunia dapat turun sebanyak dua pertiganya. Karena vaksin dapat mencegah
kanker serviks, maka vaksinasi dapat mengurangi biaya untuk kesehatan, biposi,
dan tindakan jika seseorang terkena kanker serviks. Jadi pada dasarnya vaksin
HPV ini bermanfaat. Vaksin HPV terbukti efektif hanya jika diberikan pada orang
yang belum pernah terkena infeksi HPV, karena itu dianjurkan pada saat seseorang
belum aktif secara seksual.
Selain itu,
pada saat vaksinisasi juga dilakukan skrining dan papsmeer yang merupakan
prosedur normal saat pemberian vaksinisasi. Sehingga bisa mendeteksi atau mengetahui
keadaan dan kelainan-kelainan yang mungkin ada pada tubuh sejak dini. Ini juga merupakan
salah satu keuntungan yang bisa menjadi alasan kenapa harus melakukan vaksin HPV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar