Jumat, 28 Agustus 2015



SEMINAR KESEHATAN ANAK DAN REMAJA

     Pada hari Kamis,27 Agustus 2015 RSUP Fatmawati telah mengadakan Seminar Kesehatan Anak dan Remaja dengan Tema " Mengenali Problema Kesehatan Remaja Terkini "  di Ruang Rapat Soejoto, Gedung Induk lantai 3  yang dibuka oleh Direktur Medik dan Keperawatan, Dr. Lia G. Partakusuma, SpPK (K), MM, MARS dan Ketua Panitia Dr.Nadia,SpA, dengan narasumber Dr.deddy Rahmat,SpA,Dr.Fara Vitantri DC,Sp.OG(K),DR.Nugroho Setiawan,Sp.And,Nurlaksmi Handayani,MPsi yang dihadiri oleh 165 peserta yang terdiri dari Para Dokter,Bidan,Coas dan para undangan Internal dan Ekternal RSUP Fatmawati.










Kamis, 27 Agustus 2015


Obesitas Pada Remaja

Dewasa ini banyak sekali kita temukan orang-orang dengan berat badan yang berlebihan sehingga kelihatan tidak proporsional dengan tinggi badan mereka.Saat ini di masyarakat, banyak orang yang kurang peduli dengan masalah berat badan, padahal berat badan berlebih bisa mengakibatkan banyak hal yang justru merugikan diri mereka sendiri, termasuk dalam hal kesehatan.
Masalah berat badan ini juga sangat mungkin diderita oleh remaja! Salah satu masalah berat badan adalah obesitas.Obesitas bisa terjadi karena berat badan yang tidak seimbang dengan tinggi badan.Tetapi sebelumnya harus diketahui bahwa tidak semua ketidakseimbangan tersebut langsung kita vonis sebagai obesitas. Oleh karena itu, mari kita kenal lebih jauh apa yang dimaksud dengan obesitas, terutama pada remaja

Pengertian Obesitas
Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda. Kata obesitas yang berasal dari bahasa latin mempunyai arti makan berlebihan. Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non lemak, misalnya pada seseorang atlit binaragawan kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh hipertrofi otot.

Tanda dan Gejala Obesitas
Secara klinis obesitas dengan mudah dikenali karena memiliki tanda dan gejala yang khas, antara lain wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relative pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit serta dinding perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang akibatnya dapat menyebabkan laserasi dan ulserasi yang menimbulkan bau kurang sedap. Pada anak lelaki, penis tampak kecil Karena tersembunyi dalam jaringan lemak suprapubik (buried penis), hal yang seringkali menyebabkan orang tua menjadi sangat khawatir dan segera membawanya ke dokter.
 
Perkembangan Obesitas
Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Persentase remaja berusia 12-19 tahun yang obese meningkat dari 5% menjadi 21%.Pada tahun 2012 hampir sepertiga remaja mengalami obesitas. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di China adalah 3,6% dan 3,4%, dan di Ingris adalah 22-31% dan 10-17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%.
            Di Indonesia, prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan.Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk perempuan.Prevalensi obesitas tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%.
            Di DKI Jakarta prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur 6-12 tahunditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2% dan pada 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%) disbanding lelaki (3,1%).Pada penelitian Mulyadi 1998, prevalensi obesitas anak di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%. Penelitian lain manunjukkan angka sebesar 27,5%. Data penelitian multisenter tahun 2004 yang dilakukan di 10 kota yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, didapatkan angka sebesar 12%.

Faktor yang Dapat Memengaruhi Terjadinya Obesitas
Faktor-faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya obesitas adalah sebagai berikut:
·         Pola makan. Banyaknya asupan kalori, gula dan lemak yang dimakan oleh remaja seperti makanan siap saji dan gula-gula menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada kenaikan berat badan.
·         Kurangnya olah raga. Kenaikan berat badan juga dipicu dengan kurangnya olah raga karena tidak ada aktivitas yang membakar lemak.
·         Riwayat keluarga. Jika remaja tersebut lahir dari keluarga yang memiliki masalah kelebihan berat badan, kebanyakan remaja tersebut juga memiliki masalah yang sama. Hal ini diperberat dengan ketersediaan makanan kalori tinggi dan aktivitas fisik yang kurang yang biasanya adalah contoh dari keseharian keluarga.
·         Faktor psikologis. Remaja dengan stres tinggi atau masalah yang berkaitan dengan emosi cenderung mendorong mereka untuk makan lebih banyak.
·         Faktor keluarga. Kebiasaan dalam keluarga yang cenderung mengkonsumsi makanan kalori tinggi dan banyak gula cenderung memiliki anak dengan masalah berat badan.

Metode Pengukuran Obesitas Pada Anak
Berdasarkan antropometri umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan tiga metode pengukuran sebagai berikut:
1.      Mengukur berat badan dan hasilnya dibandingkan dengan berat badan ideal sesuai tinggi badan (BB/TB). Obesitas pada anak didefinisikan sebagai berat badan menurut tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% dibandingkan berat badan ideal. Sedangkan berat badan lebih besar daripada 140% berat badan ideal didefinisikan sebagi superobesitas. Cara ini lebih mencerminkan proporsi atau penampilan tetapi tidak mencerminkan massa lemak tubuh.
2.      World Health Organization (WHO) pada tahun 1977,  The National Institutes of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on clinical Guidelines for overweight in adolescent Preventives Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja diatas 2 tahun. Pengukuran IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2 )> Interpretasi IMT tergantung pada umur adan jenis kelamin anak. Nilai batas IMT untuk kelebihan berat badan pada anak dan remaja adalah persentil ke- 85 dan ke- 95. Nilai IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 merupakan nilai patokan obesitas pada anak dan remaja. Klasifikasi IMT terhadap umur adalah < persentil 5 adalah berat badan kurang, ≥ persentil ke 85 adalah overweight dan ≥ persentil ke-95 adalah gemuk atau obesitas.
3.      Pengukuran langsung lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK). Terdapat empat macam cara pengukuran TLK yang ideal untuk mendapatkan proporsi lemak tubuh yaitu Y}TLK biseps, triseps, subscapular dan suprailiaka. Namun dikatakan bila TLk triseps di atas persentil ke 85 merupakan indicator adanya obesitas.

Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Obesitas pada masa anak-anak mempunyai efek jangka pendek dan efek jangka panjang.
·         Efek jangka pendek yaitu pada remaja obese memiliki risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol atau tekanan darah tinggi. Remaja obese lebih mungkin memiliki kondisi prediabetes. Selain itu mempunyai risiko masalah pada tulang dan persendian, sleep apnea, masalah-masalah psikososial.
·         Efek jangka panjang yaitu remaja obese memiliki kecenderungan obes pada masa dewasa dan memiliki risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, osteoarthritis.

Diet Pada Remaja
Mengingat anak masih tumbuh dan berkembang  maka prinsip pengaturan diet pada anak gemuk adalah diet seimbang sesuai dengan RDA. Cara yang dilakukan adalah dengan intervensi diet.Pada anak sulit melakukan hal ini, karena anak tidak mau mengerti mengapa makanannya harus dikurangi atau dibatasi.Pengaturan makan yang baik diperlukan untuk mengurangi kendala tersebut dan peran seorang ahli gizi sangat penting.

Secara garis besar prinsi pengaturan diet adalah:
Ø  Menghindari obesitas dan mempertahankan berat badan dan
pertumbuhan normal.
Ø  Masukan makanan dengan karbohidrat rendah (48% energy
total)
Ø  Menurunkan masukan lemak dengan lemak tak jenuh,
kolesterol tidak lebih dari 300 mg/hari.
Ø  Meningkatkan makanan tinggi serat
Ø  Makanan dengan kandungan garam cukup 5 gram/hari.
Ø  Meningkatkan masukan besi, kalsium dan fluor.

Pengaturan aktivitas fisik dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian.Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penggunaan energy.Dikatakan juga bahwa peningkatan aktivitas fisik pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobic yang teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energy akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan hanya diet saja.

Pengubahan perilaku atau modifikasi perilaku dengan melakukan:
Ø  Pengawasan diri terhadap berat badan, masukan makanan dan aktivitas fisik serta mencatat perkembangannya
Ø  Kontrol terhadap rangsangan dan stimulus
Ø  Mengubah perilaku makan, belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi
Ø  Orang tua dianjurkan memberikan dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anak.
Ø  Pengendalian diri misalnya dengan memilih makanan yang berkalori rendah apabila menghadapi bepergian atau pertemuan sosial.

Senin, 24 Agustus 2015


Mengatasi DEPRESI


Depresi sangat berbahaya karena tidak hanya mempengaruhi EMOSI saja,tetapi juga mengubah JALAN PIKIRAN,PERILAKU,serta FISIK kita.

GEJALA DEPRESI
a.       Lesu ,lelah,hilang semangat
b.      Mudah marah
c.       Kurang percaya diri
d.      Menyalahkan diri sendiri
e.      Merasa tidak berharga
f.        Sulit konsentrasi
g.       Ragu-ragu
h.      Pandangan suram tentang masa depan

AKIBAT DEPRESI
a.       Putus asa tidur terganggu
b.      Nafsu makan berkurang
c.       Terlintas ide untuk bunuh diri atau membahayakan diri sendiri
d.      Menurunnya gairah seksual
e.      Enggan bersosialisasi

APA YANG MEMBUAT KITA DEPRESI
·         Pemikiran yang kaku,yaitu hanya tentang ‘sempurna’atau ‘gagal sama sekali’
·         Satu pengalaman buruk membuat kita berpikir bahwa seterusnya kita akan mengalami hal buruk.
·         Terpaku pada hal-hal buruk sehingga lupa pada hal baik yang kita miliki.
·         Melebih-lebihkan masalah hingga rasanya kita tidak mampu mengatasinya.
·         Pandangan buruk pada diri sendiri,misalnya beroikir “Aku bodoh”.”Aku yang salah”.dll.
·         Terlalu mendengarkan pandangan buruk orang lain yang belum tentu benar.

Bagaimana mengatasi depresi
         a.       Ubah pemikiran buruk,ganti dengan pikiran baik
b.      Mengkarabkan diri dengan orang-orang yang bias mendukung,misalnya keluarga atau teman
c.       Pola Hidup Sehat (kecukupan gizi,kebersihan diri &lingkungan,dan cukup istirahat)
d.      Mengenali penyebab DEPRESI,usahakan Rileks
e.      Mengembangkan Hobi,keterampilan,atau Aktivitas yang menyenangkan
f.        Bagi permasalahan Anda dengan Orang Terdekat atau Psikolog

 JANGAN
MENYIMPAN MASALAH
SENDIRI
MULAILAH JADIKAN Psikolog
Teman berbagi Anda

Kamis, 20 Agustus 2015



Pelepasan Keberangkatan Petugas TKHI dan PPIH 
serta Jemaah Haji Mandiri Tahun 1436H/2015M

     Pada tanggal 18 Agustus 2015, RSUP Fatmawati mengadakan acara Pelepasan Keberangkatan Petugas TKHI dan PPIH serta Jemaah Haji Mandiri Tahun 1436H/2015M di Ruang Rapat Soejoto, Gedung Induk lantai 3 yang dibuka oleh Direktur Utama RSUP Fatmawati dan Ketua ROHIS Dr. Syafrudin  SpTHT , RSUP Fatmawati melepas keberangkatan petugas haji sebanyak 9 orang petugas PPIH,5 org petugas TKHI dan 6 orang Jemaah Haji Mandiri.







Selasa, 18 Agustus 2015

Acara Roundtable Discussion 
dengan Puskesmas dan RS sekitar RSUP Fatmawati 

Tanggal 13 Agustus 2015, RSUP Fatmawati telah mengadakan acara roundtable discussion dengan Puskesmas dan RS sekitar RSUP Fatmawati di Ruang Rapat H.E Tardan, Gedung Induk lantai 3 dengan tema “Membangun Jejaring/Networking dengan Puskesmas dan RS Sekitar RSUP Fatmawati tentang Pelayanan Tumbuh Kembang” yang dibuka oleh Direktur Medik dan Keperawatan, Dr. Lia G. Partakusuma, SpPK (K), MM, MARS. Acara ini juga membahas mengenai Klinik Tumbuh Kembang oleh Dr. Purnama Fitri, SpA, Laboratorium dengan LAS oleh Dr. Luciana, SpPK serta dihadiri oleh undangan internal sebanyak 20 orang dan undangan eksternal sebanyak 24 orang yang terdiri dari 4 RS, 1 RSU, 4 RSUK dan 9 Puskemas Kecamatan.
















Gangguan Pertumbuhan Pada Remaja


Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak dengan dewasa dimana pada masa itu terjadi perubahan biologis, intelektual, psikologi, sosial dan ekonomi. Selama periode ini, individu mengalami kematangan fisik dan seksual maupun peningkatan kemampuan dan pengambilan keputusan.


Remaja dapat dibagi menjadi tiga sub fase yaitu :
1.   Early adolescent (11-14 th)
2.   Middle adolescent (15-17 th)
3.   Late adolescent (18-20 th)
Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan proses kematangan seksual. Beberapa kelenjar yang mengatur fungsi seksualitas pada masa ini telah mulai matang dan berfungsi. Disamping itu tanda-tanda seksualitas sekunder juga mulai nampak pada diri remaja.

Hal-Hal yang Memengaruhi Pertumbuhan Remaja
Pertumbuhan anak merupakan proses interaksi berbagai hal, seperti faktor genetik, lingkungan, nutrisi, serta faktor endokrin. Pertumbuhan pada anak terjadi terutama pada lempeng epifisis yang merupakan tempat terjadinya deposisi tulang sehingga terjadi penambahan tinggi badan. Beberapa hormon dan faktor yang terlibat dalam proses pertumbuhan antara lain.
a.       Hormon Tiroid
Hormon tiroid berperan penting dalam maturasi tulang pada masa prenatal dan pasca natal serta proses mielinisasi sistim saraf pusat.  Hormon tiroid mempunyai efek pada sekresi hormone pertumbuhan, mempengaruhi kondrosit secara langsung serta memacu kondrosit. Kekurangan hormone tiroid pada masa anak akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan dan retardasi maturasi tulang.
b.      Hormon seks
Hormon steroid seks berperan penting dalam proses diferensiasi seks. Testosteron pada laki-laki dihasilkan oleh sel Leydig. Pada periode pubertas, testosterone berperan dalm proses pacu tumbuh serta menginduksi pertumbuhan seks sekunder. Ovarium menghasilkan estrogen dalam bentuk estradiol. Pada periode pubertas kadar estrogen akan meningkat dan menginduksi tanda-tanda seks sekunder pada wanita. Estrogen juga merangsang terjadinya pacu tumbuh pada wanita.
c.       Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan berperan dalam seluruh fase pertumbuhan baik prenatal dan pasca natal. Hormon pertumbuhan ini akan meningkatkan produksi IGF-1 yang terutama dihasilkan oleh hepar dan kemudian akan menstimulasi produksi IGF-1 lokal dari kondrosit. Hormon pertumbuhan ini dikeluarkan secara episodic dan hamper selalu terdapat kadar yang sangat rendah. Setiap hari umumnya terdapat 8 sampai 9 kali peningkatan kadar hormone pertumbuhan selama 1-20 menit. Hormon pertumbuhan ini meningkat pada waktu olah raga dan pada waktu tidur. Pada periode pubertas, sekresi hormone pertumbuhan akan sangat meningkat secara bersamaan dengan peningkatan hormone steroid seks yang akna menyebabkan pacu tumbuh.
d.      Insulin
Hormon insulin ternyata juga berpengaruh pada pertumbuhan pasca natal. Pada anak dengan diabetes mellitus, yang tidak terkontrol terjadi resisitensi relative terhadap hormone pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan pada anak diabetes mellitus juga disebabkan oleh penurunan kadar IGF-1.
e.       Nutrisi
Pentingnya peran nutrisi dalam proses kecepatan tumbuh dan tinggi akhir dapat dijelaskan dengan adanya secular trends pasca perang dunia II di Jepang. Tinggi anak laki-laki pada usia 17 tahun meningkat 6,6 cm dan anak perempuan meningkat 3,1 cm pada tahun 1967. Pada tahun 1988 peningkatan menjadi 9,7 cm pada anak laki-laki dan 5,7 cm pada anak perempuan. Secular trends ini disebabkan oleh meningkatnya keadaan sosioekonomi serta perubahan pola makanan, terutama meningkatnya konsumsi makanan barat.
 
Apa yang Dimaksud Gangguan Pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan pada pubertas dapat dibagi atas perawakan pendek dan perawakan tinggi. Perawakan pendek merupakan terminologi untuk tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Sedangkan perawakan tinggi didefinisikan tinggi badan berada di atas +2 SD atau diatas persentil 97 dari kurva pertumbuhan.
Pertumbuhan normal akan menggambarkan keadaan kesehatan anak tersebut. Untuk menilai pertumbuhan anak kita harus tahu cara/metode pengukuran tinggi anak secara akurat dan memasukkan ukuran tersebut pada kurva pertumbuhan, sehingga bisa dihindari kesalahan diagnosis karena kesalahan teknik pengukuran dan dapat dinilai tinggi badan anak secara pasti.

Remaja dengan Perawakan Pendek
Perawakan pendek yang dikategorikan variasi normal adalah familial short stature (perawakan pendek familial) dan Constitusional Delay of Growth and Puberty (CDGP). Perawakan pendek familial ditandai oleh pertumbuhan yang selalu berada di bawah persentil 3, kecepatan pertumbuhan normal, tinggi badan kedua atau salah satu orang tua yang pendek, tinggi akhir di bawah persentil 3. Constitusional delay of growth and puberty ditandai oleh perlambatan pertumbuhan pada 3 tahun pertama, pertumbuhan linear normal pada masa prapubertas, maturasi seksual terlambat dan tinggi akhir biasanya normal.

Penyebab Gangguan Pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan juga bisa disebabkan kekurangan hormon pertumbuhan. Anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan mempunyai gambaran klinis yang bervariasi tergantung dari beratnya defisiensi yang digambarkan oleh hasil tes hormone pertumbuhan. Anak dengan pertumbuhan dibawah normal harus dicurigai mengalami kekurangan hormon pertumbuhan. Ciri-ciri kekurangan hormone pertumbuhan yaitu tinggi badan di bawah persentil3 atau -2 SD, usia tulang > 2 tahun, kadar hormone pertumbuhan < 7 ng/ml. Anak dengan variasi normal perawakan pendek biasanya tidak memerlukan pengobatan, sedangkan anak dengan kelainan patologis memerlukan terapi sesuai dengan etiologinya. Anak dengan kekurangan hormon pertumbuhan sekarang dapat diberikan terapi dengan hormon pertumbuhan. Terapi dengan menggunakan hormon pertumbuhan sintetik telah dimulai sejak tahun 1985. Tujuan pengobatan dengan hormon pertumbuhan adalah untuk memperbaiki prognosis tinggi badan dewasa. Dari berbagai penelitian, hasil tinggi akhir anak yang mendapatkan terapi hormon pertumbuhan jauh lebih baik dibandingkan prediksi tinggi badan pada awal pengobatan.

Remaja dengan Perawakan Tinggi
Anak dengan perawakan tinggi mempunyai tinggi badan diatas + 2 SD atau diatas persentil 97. Terdapat penyebab perawakan tinggi yaitu gigantisme, hipertiroid, gangguan hormone seks, gangguan hormon adrenal, kelainan genetik seperti sindrom klnefelter, sindrom marfan. Terapi untuk perawakan tinggi dilakukan pada remaja dengan prediksi tinggi akhir yang berlebihan. Terapi supresi pertumbuhan ini harus dibicarakan dengan anak dan orang tua, mengenai tinggi badan yang masih bisa ditolerir. Pengobatan yang diberikan untuk anak laki-laki menggunakan testosterone dan pada remaja putri menggunakan estrogen.

Menangani Gangguan Pertumbuhan
Walaupun penanganan masalah pertumbuhan biasanya tidak mendesak, diagnosis dan penanganan lebih dini dapat membantu anak untuk mengejar dan meningkatkan tinggi akhir mereka.
Jika kondisi medis yang mendasari diidentifikasi, terapi spesifik dapat memperbaiki pertumbuhan. Sebagai contoh, gagal tumbuh akibat hipotiroidisme biasanya diterapi dengan pil pengganti hormon tiroid.
Injeksi hormon pertumbuhan untuk anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan, sindrom turner dan gagal ginjal kronik dapat membantu anak untuk mendekati tinggi normal mereka. Hormon pertumbuhan eksternal ini dinilai cukup aman dan efektif, walaupun terapi ini diperlukan waktu lama dan tidak semua anak memberikan respons yang baik. Selain itu, terapi hormon pertumbuhan ini pun cukup memakan biaya.
Sementara untuk anak pendek akan tetapi tidak mengalami defisiensi hormon pertumbuhan, FDA baru menyetujui pemberian hormon pertumbuhan eksternal ini jika diperkirakan anak-anak ini akan mencapai tinggi akhir yang sangat pendek (kurang dari 150 cm untuk anak perempuan dan kurang dari 163 cm untuk anak laki-laki). Batasan tinggi ini mungkin tidak berlaku untuk bangsa Indonesia yang secara genetik memang lebih pendek dari bangsa Amerika atau Eropa.