Obesitas
Pada Remaja
Dewasa
ini banyak sekali kita temukan orang-orang dengan berat badan yang berlebihan
sehingga kelihatan tidak proporsional dengan tinggi badan mereka.Saat ini di
masyarakat, banyak orang yang kurang peduli dengan masalah berat badan, padahal
berat badan berlebih bisa mengakibatkan banyak hal yang justru merugikan diri
mereka sendiri, termasuk dalam hal kesehatan.
Masalah
berat badan ini juga sangat mungkin diderita oleh remaja! Salah satu masalah
berat badan adalah obesitas.Obesitas bisa terjadi karena berat badan yang tidak
seimbang dengan tinggi badan.Tetapi sebelumnya harus diketahui bahwa tidak
semua ketidakseimbangan tersebut langsung kita vonis sebagai obesitas. Oleh
karena itu, mari kita kenal lebih jauh apa yang dimaksud dengan obesitas,
terutama pada remaja
Pengertian Obesitas
Obesitas dan overweight
adalah dua istilah yang sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan
berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda.
Kata obesitas yang berasal dari
bahasa latin mempunyai arti makan berlebihan. Overweight adalah
kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal yang dapat
disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non lemak, misalnya
pada seseorang atlit binaragawan kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh
hipertrofi otot.
Tanda dan Gejala Obesitas
Secara klinis obesitas dengan
mudah dikenali karena memiliki tanda dan gejala yang khas, antara lain wajah
yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relative pendek, dada yang
membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut
membuncit serta dinding perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya
berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan
yang akibatnya dapat menyebabkan laserasi dan ulserasi yang menimbulkan bau
kurang sedap. Pada anak lelaki, penis tampak kecil Karena tersembunyi dalam
jaringan lemak suprapubik (buried penis),
hal yang seringkali menyebabkan orang tua menjadi sangat khawatir dan segera
membawanya ke dokter.
Perkembangan
Obesitas
Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di amerika Serikat
dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Persentase
remaja berusia 12-19 tahun yang obese meningkat dari 5% menjadi 21%.Pada tahun
2012 hampir sepertiga remaja mengalami obesitas. Prevalensi overweight dan
obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di China adalah
3,6% dan 3,4%, dan di Ingris adalah 22-31% dan 10-17%, bergantung pada umur dan
jenis kelamin. Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura
meningkat dari 9% menjadi 19%.
Di Indonesia,
prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6%
lelaki dan 5,9% perempuan.Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk
perempuan.Prevalensi obesitas tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%.
Di DKI Jakarta
prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur 6-12
tahunditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%
dan pada 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan
pada wanita (10,2%) disbanding lelaki (3,1%).Pada penelitian Mulyadi 1998,
prevalensi obesitas anak di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar
9,6%. Penelitian lain manunjukkan angka sebesar 27,5%. Data penelitian
multisenter tahun 2004 yang dilakukan di 10 kota yaitu Medan, Padang,
Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, didapatkan angka sebesar 12%.
Faktor yang Dapat Memengaruhi Terjadinya Obesitas
Faktor-faktor yang diketahui dapat
mempengaruhi terjadinya obesitas adalah sebagai berikut:
·
Pola
makan.
Banyaknya asupan kalori, gula dan lemak yang dimakan oleh remaja seperti
makanan siap saji dan gula-gula menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada
kenaikan berat badan.
·
Kurangnya
olah raga. Kenaikan
berat badan juga dipicu dengan kurangnya olah raga karena tidak ada aktivitas
yang membakar lemak.
·
Riwayat
keluarga. Jika
remaja tersebut lahir dari keluarga yang memiliki masalah kelebihan berat
badan, kebanyakan remaja tersebut juga memiliki masalah yang sama. Hal ini
diperberat dengan ketersediaan makanan kalori tinggi dan aktivitas fisik yang
kurang yang biasanya adalah contoh dari keseharian keluarga.
·
Faktor
psikologis. Remaja
dengan stres tinggi atau masalah yang berkaitan dengan emosi cenderung
mendorong mereka untuk makan lebih banyak.
·
Faktor
keluarga.
Kebiasaan dalam keluarga yang cenderung mengkonsumsi makanan kalori tinggi dan
banyak gula cenderung memiliki anak dengan masalah berat badan.
Metode
Pengukuran Obesitas Pada Anak
Berdasarkan antropometri
umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan tiga metode pengukuran
sebagai berikut:
1. Mengukur
berat badan dan hasilnya dibandingkan dengan berat badan ideal sesuai tinggi
badan (BB/TB). Obesitas pada anak didefinisikan sebagai berat badan menurut
tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% dibandingkan berat badan ideal.
Sedangkan berat badan lebih besar daripada 140% berat badan ideal didefinisikan
sebagi superobesitas. Cara ini lebih mencerminkan proporsi atau penampilan
tetapi tidak mencerminkan massa lemak tubuh.
2.
World Health Organization (WHO) pada tahun
1977, The National Institutes of Health
(NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on clinical Guidelines for
overweight in adolescent Preventives Services telah merekomendasikan Body Mass
Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada
anak dan remaja diatas 2 tahun. Pengukuran IMT merupakan petunjuk untuk
menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks Quatelet (berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2 )>
Interpretasi IMT tergantung pada umur adan jenis kelamin anak. Nilai batas IMT
untuk kelebihan berat badan pada anak dan remaja adalah persentil ke- 85 dan
ke- 95. Nilai IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 merupakan nilai
patokan obesitas pada anak dan remaja. Klasifikasi IMT terhadap umur adalah
< persentil 5 adalah berat badan kurang, ≥ persentil ke 85 adalah overweight
dan ≥ persentil ke-95 adalah gemuk atau obesitas.
3.
Pengukuran langsung lemak subkutan dengan
mengukur tebal lipatan kulit (TLK). Terdapat empat macam cara pengukuran TLK
yang ideal untuk mendapatkan proporsi lemak tubuh yaitu Y}TLK biseps, triseps,
subscapular dan suprailiaka. Namun dikatakan bila TLk triseps di atas persentil
ke 85 merupakan indicator adanya obesitas.
Efek
Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Obesitas pada masa anak-anak mempunyai efek jangka pendek dan efek
jangka panjang.
·
Efek jangka pendek yaitu pada remaja obese
memiliki risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol atau tekanan darah
tinggi. Remaja obese lebih mungkin memiliki kondisi prediabetes. Selain itu
mempunyai risiko masalah pada tulang dan persendian, sleep apnea,
masalah-masalah psikososial.
·
Efek jangka panjang yaitu remaja obese memiliki
kecenderungan obes pada masa dewasa dan memiliki risiko penyakit jantung,
diabetes tipe 2, stroke, osteoarthritis.
Diet Pada Remaja
Mengingat anak masih tumbuh dan berkembang maka prinsip pengaturan diet pada anak gemuk
adalah diet seimbang sesuai dengan RDA. Cara yang dilakukan adalah dengan
intervensi diet.Pada anak sulit melakukan hal ini, karena anak tidak mau
mengerti mengapa makanannya harus dikurangi atau dibatasi.Pengaturan makan yang
baik diperlukan untuk mengurangi kendala tersebut dan peran seorang ahli gizi
sangat penting.
Secara garis besar prinsi pengaturan diet adalah:
Ø Menghindari
obesitas dan mempertahankan berat badan dan
pertumbuhan normal.
Ø Masukan
makanan dengan karbohidrat rendah (48% energy
total)
Ø Menurunkan
masukan lemak dengan lemak tak jenuh,
kolesterol tidak lebih dari 300 mg/hari.
Ø Meningkatkan
makanan tinggi serat
Ø Makanan
dengan kandungan garam cukup 5 gram/hari.
Ø Meningkatkan
masukan besi, kalsium dan fluor.
Pengaturan aktivitas fisik dengan melakukan latihan dan
meningkatkan aktivitas harian.Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap penggunaan energy.Dikatakan juga bahwa peningkatan aktivitas fisik
pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme.
Latihan aerobic yang teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energy akan
menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan hanya
diet saja.
Pengubahan perilaku atau modifikasi perilaku dengan melakukan:
Ø Pengawasan
diri terhadap berat badan, masukan makanan dan aktivitas fisik serta mencatat
perkembangannya
Ø Kontrol terhadap
rangsangan dan stimulus
Ø Mengubah
perilaku makan, belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi
Ø Orang
tua dianjurkan memberikan dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku
sehat yang diperlihatkan anak.
Ø Pengendalian
diri misalnya dengan memilih makanan yang berkalori rendah apabila menghadapi
bepergian atau pertemuan sosial.